Etika Tidur
Etika Tidur
ﺇﺫﺍ ﺃﺘﻴﺖ ﻤﻀﺟﻌﻙ ﻓﺗﻮﺿﺄ ﻭﺿﻭﺀﻚ ﻟﻠﺼﻼﺓ٬ ﺛﻢ ﺍﺿﻄﺠﻊ ﻋﻟﻰ ﺸﻗﻚ ﺍﻷﻴﻤﻦ٬ ﺛﻡ ﻗﻞ : ﺍﻟﻟﻬﻢ ﺃﺴﻟﻤﺖ
ﻮﺠﻬﻰ ﺇﻟﻴﻚ ﻭﻓﻮﺿﺖ ﺃﻤﺮﻯ ﺇﻟﻴﻚ٬ ﻭﺍﻟﺟﺄﺖ ﻆﻬﺮﻯ ﺇﻟﻴﻚ٬ ﺮﻏﺑﺔ ﺇﻟﻴﻚ٬ ﻻ ﻤﻠﺟﺄ ﻭﻻ ﻤﻨﺠﻰ ﻤﻨﻚ ﺇﻻ ﺇﻟﻴﻚ٬
ﺍﻟﻟﻬﻡ ﺃﻣﻨﺖ ﺑﻜﺗﺎﺑﻚ ﺍﻠﺫﻯ ﺃﻧﺯﻟﺖ ﻭﻨﺑﻴﻚ ﺍﻠﺫﻯ ﺃﺮﺴﻠﺖ ﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻟﺑﺧﺎﺭﻯ ﻮﻤﺴﻠﻡ﴾
Apabila
engkau hendak mendatangi pembaringanmu, (hendak tidur) maka lakukanlah wudhu
sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian baringkanlah dirimu pada lambung
kananmu, lalu berdoa : “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, dan aku
serahkan pula urusanku kepada-Mu, serta aku memohon perlindungan diri kepada-Mu
dengan mengharapkan pahala-Mu. Tiada tempat untuk berlindung, dan tiada jalan
selamat dari-Mu kecuali hanya kembali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada
kitab-Mu yang telah Engkau turunkan, dan kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus.
(Riwayat Bukhori dan
muslim).
Penjelasan
:
Sahabat pembaca, Hadits ini menerangkan tentang hal-hal yang
di sunahkan sebelum seseorang menuju ke tempat tidurnya, yaitu supaya berwudhu,
kemudian posisi tidurnya miring pada lambung kanan, kemudian mengucapkan doa. Kalau
doa di atas belum atau tidak hafal, maka biasanya doa pada umumnya adalah:
ﺑﺎﺴﻤﻚ ﺍﻟﻟﻬﻡ ﺃﺤﻴﺎ ﻮ ﺑﺎﺴﻤﻚ ﺃﻤﻮﺖ
Artinya, “Dengan Nama-Mu Ya Allah, aku hidup. Dan dengan
Nama-Mu aku mati”
Nah, kalau itu sudah di kerjakan, maka berarti kita sudah
mengikuti bagaimana tuntunan dan ajaran Rasulullah Saw. Ketika kita akan
melaksanakan tidur.
Sahabat pembaca, tidur saja, bisa menjadi ibadah, bisa
mendapatkan pahala, karena di awali dengan apa yang di tuntunkan oleh
Rasulullah Saw. dengan wudhu. Bagaimana kalau tidak wudhu? Doa saja, boleh
juga. Sesuatu yang di awali dengan doa, itu adalah ibadah. Jika tidak di awali
dengan doa, tapi itu biasa kita kerjakan, itu di namakan adat/kebiasaan. Kita
makan, tidur, mandi, ke WC, itu suatu hal yang biasa. Dan adat/kebiasaan
tersebut bisa menjadi ibadah, bisa menjadi mendapat pahala, kalau ada niatnya. Maka
niat adalah yang membedakan antara ibadah dengan adat/kebiasaan. Kalau ada
niatnya, maka menjadi ibadah yang mendapatkan pahala. Biasanya niatnya itu,
oleh Rasulullah Saw. Kita di ajari dengan doa. Otomatis, kalau kita berdoa
untuk melakukan sesuatu, yang berarti niat akan melakukan sesuatu, yang berarti
berdoa dahulu, berarti niat akan melakukan kebaikan. Mau makan, kita berdoa:
ﺍﻟﻟﻬﻡ ﺑﺎﺮﻚ ﻟﻧﺎ ﻓﻳﻤﺎ ﺮﺯﻗﺘﻧﺎ ﻭ ﻗﻨﺎ ﻋﺫﺍﺏ ﺍﻟﻨﺎﺮ
Yang artinya, “Ya
Allah, berilah berkah kepada kami pada apa yang Engkau rezeki kan pada kami.
Dan lindungilah kami dari siksa neraka”.
Mau makan berdoa, berarti makannya ibadah. Mau masuk WC
berdoa, berarti ke WC nya ibadah. Mau tidur berdoa, berarti tidurnya ibadah. MasyaAllah,
di catat sebagai ibadah dari tidur sampai bangun lagi. Mau tidur malam, niat
setelah dia berdoa, lalu di dalam hati niat “nanti malam bangun untuk shalat
tahajjud”, maka akan di mudahkan oleh Allah untuk dia bangun shalat tahajjud.
Kalau dia niat, benar-benar niat mau shalat tahajjud pada
malamnya, ternyata ia bangunnya shubuh, bagaimana seperti itu? Niat saja, itu
sudah di catat sebagai amal yang baik, itu sudah di catat pahalanya meskipun
baru niat saja. Itu untuk amal baik.
Lalu untuk amal/pekerjaan jelek, baru niat, baru mau
melakukan amal buruk, oleh Allah, oleh malaikat, belum di catat, tetapi di
tunggu sampai ia melakukan keburukan yang di inginkan (yang di niatinya), kalau
sudah di kerjakan keburukan (kemaksiatan) itu, baru di tulis dosanya. Dan
itupun keburukan satu, dosanya di tulis
satu.
Tapi kalau kebaikan, baru niat saja sudah di tulis
pahalanya, lalu di kerjakan, pekerjaannya misalnya satu, maka pahalanya bukan
satu, tapi sepuluh. Nabi Saw. bersabda:
ﻤﻥ ﺠﺎﺀ ﺑﺎﻟﺤﺴﻧﺔ ﻓﻟﻪ ﻋﺸﺮﺃﻤﺜﺎﻠﻬﺎ
Artinya, “Barang siapa mengerjakan satu kebaikan, maka dia di
beri sepuluh kali lipat pahalanya”, yang berarti sepuluh kali lipat kebaikan
itu.
ﻭ ﻤﻥ ﺟﺎﺀ ﺑﺎﻟﺴﻴﺌﺔ ﻓﻼ ﻳﺠﺯﻯ ﺇﻻ ﻤﺜﻠﻬﺎ
Artinya, “dan barang siapa yang mengerjakan kejelekan, maka tidak
dibalas, kecuali semisalnya”.
Berarti, kalau kejelekan satu, dosa satu. Amal baik satu,
pahala sepuluh. Itulah karena sangat sayangnya Allah pada manusia. Sangat
sayangnya Allah itu memberi motivasi supaya manusia itu suka melakukan ibadah,
suka melakukan kebaikan. Sangat sayangnya Allah, kejelekan itu kalau belum di
lakukan, belum di catat dosanya meskipun sudah sengaja melakukannya, yang berarti
sudah niat melakukannya. Tapi kalau belum terlaksana, tidak di anggap dia melakukan
kejelekan itu
Sahabat pembaca, ini berbeda
kalau niat baik, maka sebagaimana hadits ini tuntunan Rasulullah Saw. kalau
kita mau tidur, supaya berdoa, yang baik wudhu dulu. Kalau kita sebelum tidur,
dzikir terus sampai tertidur, ada yang mengatakan, tetap di catat bahwa kita
punya pahala berdzikir itu.
Nah seperti itu bagusnya, kalau
kita mau melakukan kebaikan…